Skip to main content

Pengaruh LGBT di Industri Hollywood



https://flavorwire.files.wordpress.com/2013/06/lgbt-films.jpg
credit to : flavourwire.com

















Pertama, mengapa saya membahas karakter LGBT di film atau televisi ? Secara tidak langsung karakter LGBT mempengaruhi kualitas dari film atau serial tersebut. Tentunya karakter LGBT memiliki daya tarik sendiri kepada pentonton. Munculnya rasa tolerir dan peresmian pernikahan sesama jenis di beberapa negara di dunia juga tidak langsung karena pengaruh film dan serial bertemakan LGBT. 

Untuk para kreator serial tv yang sangat menjunjung tinggi diversity seperti Shonda Rhimes (Grey’s Anatomy, Scandal, Private Practice) dan Ryan Murphy (Glee, American Horror Story), elemen LGBT sangat penting di dalam serial buatan mereka. Bahkan karakter LGBT memiliki cerita sendiri yang tidak kalah menarik dari cerita tokoh utama. Walaupun mungkin konfliknya selalu berkisar antara penerimaan diri sebagai kaum LGBT, namun banyak hal yang bisa kita ambil (istilah gaulnya pesan moral) seperti it’s okay to be different dan untuk kaum straight pesan moralnya adalah tenggang rasa dan berpikiran terbuka (kenapa seperti esay budi pekerti begini ?). Para kreator dengan pandai membuat penonton sangat bersimpatik dengan karakter LGBT tanpa adanya adegan haru biru dan berlebihan. Beberapa adegan yang melibatkan karakter LGBT bahkan menjadi salah satu memorable scene di serial.

Sebut saja saat karakter Kurt di Glee menari lagu Single Ladies-nya Beyonce dengan sangat fabolous (saya merasa gagal sebagai wanita) atau saat pernikahan Callie dan Arizona di Grey’s Anatomy yang indah. Tentu spotlight di serial TV tidak selalu menjadi milik para tokoh dengan orientasi seksual straight. Beberapa serial TV bahkan membuat karakter LGBT menjadi karakter utama bukan hanya karakter sampingan seperti Orange is The New Black, Modern Family, dll. 

Untuk para filmaker Hollywood yang ‘haus’ akan Oscar, mereka tinggal membuat film bertema LGBT. Film dengan tema itu istilahnya seperti ‘jalan tol’ menuju Academy Award.  Masih ingatkah dengan film Brokeback Mountain di tahun 2005 berkisah... intinya koboi gay yang menggemparkan jagat perfilman (ini lebay sih). Selama ini dari tahun 1960 dari jaman opa Clint Eastwood masih ganteng, koboi selalu identik dengan image macho, berbahaya dan intinya cowo banget (ingat iklan Malboro jaman dulu ?). Lalu mendadak muncul 2 orang koboi macho yang berciuman, berpelukan di tengah rerumputan dengan indahnya (bukan, ini settingnya bukan di India), tentu saja hal ini cukup mengagetkan.  Ang Lee memenangkan kategori sutradara terbaik dan film ini menjadi salah satu film LGBT terbaik yang pernah dibuat. 

Acara Academy Awards ke 88 yang diselenggarakan pada tanggal 28 February 2016 kemarin menjadi bukti betapa para sineas ‘haus’ akan film LGBT. Carol, film bertema lesbian yang diperankan oleh Cate Blanchett (Lord of The Rings, Blue Jasmine) dan Rooney Mara (The Girl with The Dragon Tattoo, Pan) mendapatkan 6 nominasi termasuk Best Picture. Lalu untuk tema transgender, film The Danish Girl yang diperankan Eddie Redmayne (The Theory of Everything) dan Alicia Vikander (Ex-Machina) mendapatkan 4 nominasi. Hal ini jelas membuktikan bahwa selain biografi dan film ‘based on true story’, film LGBT merupakan Academy Award’s darling.

Tentu tidak semua film bertema LGBT memiliki kualitas bagus hingga menggugah selera, maksud saya menggugah hati. Film Jenny’s Wedding (lebih baik tidak usah ditonton) salah satunya. Film ini menekankan haru biru drama keluarga membosankan tentang bagaimana sebuah keluarga menerima anak perempuannya yang sangat sempurna adalah seorang Lesbian. Ketika saya menonton film ini, mata saya sudah mau tertutup, dan mulut saya menguap sebesar black hole. Tentu film bertema LGBT layaknya film straight romance,  ada yang memiliki kualitas bagus, namun ada yang hancur lebur tidak karuan. 

Daritadi saya sudah membahas mengenai sambutan industry hollywood terhadap LGBT. Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Pada tahun 2011, Teddy Soeriaatmadja membuat film Lovely Man yang diperankan Donny Damara sebagai PSK waria. Film ini sangat mengharukan dengan tema kekeluargaan yang sanbgat erat. Akting Donny Damara sebagai waria sangat luar biasa dan tidak heran dia mendapat penghargaan dan pengakuan hingga ke tingkat international. 

Namun untuk saat ini, dengan banyaknya issue tidak benar dan pemberantasan LGBT oleh pemerintah maupun masyarakat yang masih berpikiran tertutup, mungkin untuk beberapa waktu film Indonesia masih menghindari mengangkat tema LGBT (daripada digrebek atau dibubarkan seenaknya oleh oknum tertentu). Untuk ke depannya semoga issue LGBT dapat diangkat secara positif di dunia hiburan Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

[REVIEW] Talladega Nights: The Ballad of Ricky Bobby (2006)

Via : wikipedia I know mungkin saya terlalu bias dengan film Will Ferrell. But seriously, I enjoy his films. Sinopsis : Ricky Bobby (Will Ferrell) pembalap NASCAR yang memiliki prestasi yang luar biasa, memiliki istri yang cantik, sahabat yang setia dan fans yang banyak. Namun semua itu berubah ketika dia dikalahkan oleh Jean Girard (Sacha Baron Cohen) dan kecelakaan menimpanya. Ricky harus berjuang mengatasi traumanya terhadap dunia balap dibantu ayahnya yang selama ini absen dalam kehidupan Ricky. Will Ferrell mengawali karirnya sebagai cast Saturday Night Live. Bahkan dia menjadi ikon di acara itu. Tidak heran karya-karyanya saat ini kebanyakan bertema comedy. Will Ferrell sering membuat sebuah character yang lucu dan mempunya ciri khas tersendiri sehingga melekat di hati para penonton. Contohnya Ron urgundy di Anchorman. Ricky Bobby tidak sesukses Ron Burgundy, namun dia cukup menarik perhatian penonton. Alur cerita dari film ini tidak ada yang special. Hal yan

[REVIEW] Home Sweet Hell

via:wikipedia Katherine Heigl ex dr. Lizzy di Grey’s anatomy cukup terkenal dengan filmnya yang bertemakan comedy-romance seperti 27 dresses, life as we know it, dll. Kali ini dia kembali dengan comedy-romance yang ‘berbeda’ Synopsis : Don (Patrick Wilson) agen furniture yang sukses, lengkap dengan kehidupan yang serba sempurna. Dia terlibat afaiir dengan karyawannya hingga menghasilkan anak. Istri Don, Mona (Katherine Heigl) adalah orang yang sangat perfeksionis. Mengetahui affair suaminya, dia memutuskan untuk membunuh selingkuhan suaminya. Inti filmnya hanya itu. I must say, plot hole everywhere. Sepanjang cerita kita akan bingung dan bertanya-tanya “Ini kenapa ?” “Untuk apa ?” “What the hell is happening ?”. Sangat dibuat secara terburu-buru. Premis film ini sejujurnya cukup menjanjikan. Namun, pelaksanaannya sangat kurang.  Banyak adegan yang membuat kita bertanya-tanya, cerita yang tidak tuntas dan tentu ending yang aneh dan dipaksakan. Penonton dibuat terheran-h

[REVIEW] Transformers : The Last Knight

via : wikipedia Dari hari pertama rilis dan pengalamn dari film-silm sbeelumnya, memang sebaiknya tidak usah ekspektasi tinggi-tinggi untuk film ini. Tapi, saya tidak menyangka kalau film yang dirilis dengan promo gila-gilaan seperti ini justru hasilnya hancur sehancur-hancurnya. Masih teringat pertama kali saya nonton Transformers pertama di tahun 2009, efek dan cerita yang sangat fresh menjadikan franchise ini sangat sukses dan menaikkan penjualan mainan hingga dibuat arena sendiri di universal studio. Sekarang, mendengar kata Transformer justru terbayang cerita tak karuan, full ledakan dan rating hancur. Baiklah, jadi di film ini bercerita tentang ..... HA ! Saya lupa ! Intinya sama seperti seri sebelumnya, Autorobot dimusuhi oleh militer, Militer menyerang Autorobot, muncul Megatron, Bee dan Optimus Prime menjadi aktor utama, ledakan dimana-mana dan manusia kecil berlarian dengan sengaja di antara para robot. Sepanjang film banyak sekali plot hole dimana-mana dan makin dipik