Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

[REVIEW] Fifty Shades of Darker (2017)

via : wikipedia Film ini adalah installment kedua dari trilogi 50 Shades dan tetap tidak ada perkembangan cerita dari series sebelumnya. Datar dan membosankan. Well, tidak bisa disalahkan juga karena kualitas novelnya pun juga buruk WARNING : Full Spoiler Mari kita bahas dari hal positif film ini dulu. Chemistry Dakota Johnson dengan Jamie Dornan semakin baik dari film sebelumnya. Saya lebih menyukai sosok Anna di film dibandingkan di Novel. Anna d film less menye-menye dan dia memiliki prinsip serta cukup tegas terhadap Mr. Grey yang pemaksa. Dia juga bertahan dengan pendapatnya dan di beberapa scene justru dia yang menggoda Mr.Grey dengan nakal. Sosok Christian Grey juga lebih mudah disukai di film ini. Dia lebih lembut dan memiliki hati. Sosok Christian Grey yang egois dan pemaksa di Novel justru sangat menyebalkan. 2 tahun berlalu sejak Fifty Shades of Grey dan kedua bintang itu menunjukkan kemampuan akting yang meningkat. Mari kita lanjutkan dengan hal buruk dari film

[REVIEW] La La Land (2016)

via : wikipedia Selamat datang di La La Land dimana kota penuh impian dan para pendatang nekat ke kota ini untuk mewujudkan mimpi. Yah, ini Los Angeles kok. Semua orang bermimpi sukses di dunia Hollywood. Takdir mempertemukan Mia dan Sebastian. Mia adalah calon aktris yang selalu gagal di audisinya dan Sebastian adalah pianis Jazz  idealis yang memiliki impian untuk membuka club Jazz sendiri. Mereka saling jatuh cinta dan berusaha mewujudkan mimpi masing-masing. Setelah menonton La La Land, pasangan Sebastian dan Mia mengingatkan saya dengan pasangan Sari dan Alek di film A Copy of My Mind. Mereka saling mencintai dalam kesederhanaan (walaupun La La Land lebih mewah sih) dan mereka menikmati hidup mereka seolah mereka bagian yang terpisah dari sibuknya kota. Chemistry Emma Stone dan Ryan Gosling tidak usah diragukan. Ini ketiga kalinya mereka bekerja sama terutama berperan sebagai sepasang kekasih. Ini adalah proyek musikal pertama bagi mereka berdua. Adegan menari keduanya s

[REVIEW] The Fate of The Furious (2017)

via : wikipedia Hal pertama yang terlintas di pikiran saya setelah tahu kalau series ini dilanjutkan adalah .... NO PLEASE STOP IT ! SOMEBODY ! Film action ini makin lama ceritanya makin dibuat-buat. Dari lawan jadi teman dan teman jadi lawan. Yang mati mendadak bangkit yang hidup dibuat mati. Oh God ....Film action super manly full otot ini malah jadi drama super panjang. Sinopsis film ini adalah Dom sang tokoh utama berkhianat dan The Rock mengambil alih posisi kepemimpinan bersama Jason Statham yang sudah membunuh Han di Tokyo. There is no awkward situation ataupun rasa benci karena telah membunuh keluarga mereka. Mereka bahkan saling bekerja sama sebagai keluarga. Like... Really ? Charlize Theron dan Scott Eastwood tampil sebagai karakter baru di film ini dan secara mengejutkan mereka tampil dengan apik. Chemistry antar pemain sangat bagus seperti di series Fast sebelumnya begitu juga dengan jokes-jokes yang mampu membuat kita tertawa di sela adegan yang serius. Tidak ada

[REVIEW] Hidden Figures (2016)

via : wikipedia Diangkat dari kisah nyata, 3 orang wanita kulit hitam yang bekerja di NASA dan memiliki kunci penting dalam perkembangan proyek luar angkasa. Mereka tidak hanya harus bertarung dengan warna kulit putih, namun juga bertarung dengan banyaknya pria kulit putih yang mendominasi NASA. Taraji P Henson yang biasa kita lihat keren di Empire  berubah drastis menjadi seorang nerd yang ambisius. Cerita film ini tidak hanya berpusat kepada Katherine Johnson yang diperankan Taraji P Henson, namun juga kedua temannya Dorothy Vaughan yang diperankan Octavia Spencer dan juga Mary Jackson yang diperankan Janelle Monae. Mereka bertiga mampu emmerankan wanita yang cerdas dan tidak bergantung pada pria. Banyak isu rasisme dan feminisme yang diangkat di film ini.Film ini menggambarkan betapa kejamnya perlakuan diskriminasi kepada kamu kulit hitam (pemisahan tempat duduk, toilet dan hak pendidikan). Kamu wanita juga dianggap hanya akan bekerja di dapur dan tidak berhak memiliki kari

[REVIEW] Blue Jasmine (2013)

 Film ini sebenarnya sudah ada di hardisk saya sejak lama. Ini juga saya nonton film ini waktu jam kerja di kantor (bukan karyawan teladan). Saya pikir ini hanya drama cengeng ala film Oscar walaupun saya tahu kalau Cate Blanchett memenangkan Oscar untuk akrtis terbaik, cuma dulu mungkin karena kurang promo atau hype, jadi kurang menarik minat saya untuk menonton. Setelah saya tonton ternyata UWOOOWWW (ini beneran, ga lebay, serius ini reaksi saya). Blue Jasmine merupakan salah satu film dengan akting natural dari para cast nya. Lengkap dengan cinematografi khas Woody Allen yang didominasi warna coklat. Cate  Blanchett berperan sebagai Jasmine, sosialita New York yang jatuh miskin setelah suaminya ditangkap atas kasus pencurian uang. Harta Jasmine habis semua dan dia terpaksa tinggal menumpang di rumah adiknya yang dulu dia hina sebagai kalangan jelata. Jasmine masih belum menerima kehancurannya dan dia berusaha mengembalikan kejayaannya. FIlm ini memiliki alur maju mundur. Set

A Copy of My Mind (2016)

via : imdb Tidak perlu sebuah kemewahan untuk membuat film bagus. Cukup sebuah kesederhanaan dan dialog natural tanpa harus berbalas puisi. Film ini mengambil setting Jakarta, tepatnya pinggiran Jakarta di daerah kalangan menengah ke bawah. Kita disuguhkan pemandangan jalanan ibukota yang padat, suara kendaraan umum serta klakson yang berisik, kost-kostan di gang senggol dan ekspresi wajah penduduk Jakarta dalam menjalani hari-hari. Tara Basro berperan sebagai Sari, terapis facial di salon yang suka menonton film. Setiap hari setelah pualng kerja dia mampir ke toko DVD bajakan untuk membeli DVD yang akan ditonton di kostnya. Impian Sari sangat sederhana. Dia hanya ingin punya Home Theater untuk nonton film. Sari tanpa sengaja bertemu dengan Alek, tukang buat subtitle DVD bajakan dengan hanya bermodalkan google translate. Dalam waktu singkat mereka saling jatuh cinta. Mereka memiliki dunia kecil sendiri di tengah hiruk pikuk Jakarta. Sari dan Alek menjalani kehidupan apa adanya t