Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

[REVIEW] Your Name (2016)

via : wikipedia Baiklah, mari membahas anime fenomenal ini. Setelah saya menonton Rogue One, saya tertarik dengan anime yang menggemparkan dunia maya ini. Dari poster mungkin hanya terlihat seperti anime drama pada biasanya. Namun setelah ditonton MINDBLOWING Di bagian awal kita akan tertawa terbahak-bahak dengan kelucuan khas anime, lalu pertengahan kita akan sedikit tegang seperti menonton film thriller dan di bagian akhir, kita akan hanyut dengan ending yang sweet dan mengharukan Inti cerita film ini adalah jiwa di dalam tubuh seorang siswi di SMA di Jepang di daerah terpencil tertukar dengan jiwa seorang siswa SMA di Tokyo. Agar kehidupan mereka tetap berjalan seperti biasa, mereka terbiasa meninggalkan diary di handphone masing-masing. Namun apa yang terjadi dengan tubuh mereka memiliki rahasia tersendiri Mungkin cerita jiwa yang tertukar sudah sering diangkat menjadi entah film atau series di berbagai belahan negara. Namun film ini mampu mengangkat cerita menjadi menye

[REVIEW] Moana (2016)

via : wikipedia Sepertinya sudah menjadi ritual Disney kalau setiap akhir tahun, mereka akan merilis film yang sangat bagus, tidak hanya untuk anak-anak namun juga untuk orang dewasa. Contohnya Frozen, Big Hero 6 dan sekarang Moana. Disney selalu mengeksplor berbagai macam kultur dan mulai menampilkan princess disney yang bukan white female. Sebenarnya Princess yang bukan berasal dari kulit putih sudah dikenal sejak dulu dari jaman Mulan, Princess Jasmine, Pochahontas, namuan seiring berjalannya waktu dan pengenalan diversity sejak dini untuk anak-anak, mulai dikenalkan Princess Tiana dan sekarang Moana. Tidak hanya diversity, Disney juga mulai mengajarkan kepada anak kecil terutama perempuan bahwa menjadi Princess tidak selalu membutuhkan pangeran. Mulan dan Pochahontas mungkin sudah terlalu lama untuk ditonton ulang dan mulai diperkenalkan Elsa, Merida dan sekali lagi Moana Moana lebih dari sempurna. Bahkan 15 menit pertama saja sudah bisa menilai kalau film ini akan sangat

[REVEW] Underworld : Blood Wars (2016)

Apakah kalian sering mendengar perkataan "aduh itu film jelek banget, kenapa masih ditonton sih ?". Hal itu berlaku banyak di film-film franchise seperti Transformer, Ninja Turtles, Resident Evil dan Underworld Lebih mirisnya, dari Underworld seri pertama, ratingnya tidak pernah bagus namun selalu sukses di box office. Dapat dibilang, film ini semacam cash cow. Hanya sebagai pencetak uang. Banyak orang sudah tahu bahwa mau series keberapa pun, ratingnya pasti rendah dan tetap ditonton, termasuk saya. Underworld Blood Wars dibuka dengan beberapa flashback dari Underworld terdahulu, dari cerita Selene diburu oleh Lycans, diburu oleh Vampire, memiliki anak. Hal itu cukup membantu para pengikut franchise yang lupa dengan cerita seri sebelumnya. Untuk segi cerita, tidak ada hal istimewa dari film ini kecuali ending yang twist dan action yang seru. Hal yang sangat membantu di film ini adalah adegan action dari Kate Beckinsale dengan ciri 'khas Underworld'. Oh ya Selen

[REVIEW] Bridget Jones's Baby (2016)

via : wikipedia Bagi kita yang tumbuh besar dengan series Bridget Jones's terdahulu, kabar bahwa akan dibuat sekuel ketiga film ini tentu membuat kita excited. Seperti apa hubungan Bridget dengan Mark setelah di film kedua mereka bertunangan. Apakah mereka sudah menikah ? Jawabannya adalah NOPE. Bridget kembali single dan kembali merayakan ulang tahunnya sendiri diiringi lagu All by Myself. Karakter Bridget di sini jauh lebih dewasa (tentu karena faktor umur) dan lebih tegar dalam menghadapi masalah percintaan walaupun dia tetap 'ngedumel' di diarinya. Karakter Hugh Grant, Daniel tidak kembali di film ini dan justru digantikan oleh Jack seorang pria Amerika yang tampan dan diperankan oleh dokter Derek Shepherd ups maksud saya Patrick Dempsey. Patrick Dempsey yang charming mungkin tidak bisa menggantikan Hugh Grant, tapi dia memiliki ciri khas sendiri dalam memikat Bridget dan tentunya penonton. Para wanita sangat merindukan cerita yang genre komedi romantis dan d

[REVIEW] Fantastic Beasts and Where to Find Them (2016)

via : wikipedia Franchise Harry Potter kembali dibuat. kali ini berbentuk prekuel dengan cerita yang segar. Jika Harry Potter memiliki setting di Inggris, Fantastic Beast memiliki setting di New York tahun 1926 dimana para penyihir sangat dibenci. Tidak ada karakter Harry Potter di sini, hanya nama mereka yang disebutkan seperti Albus Dumbledore, Lestrange dan simbol di film Harry Potter. Lebih baik kita tidak membandingkan Fantastic Beast dengan Harry Potter karena jujur menurut saya Fantastic Beast hadir dengan cerita yang fresh, karakter baru bernama Newt Scamender (diperankan Eddie Redmayne). Fantastic Beast menargetkan penonton yang lebih dewasa dari Harry Potter walaupun alur cerita masih fun, ringan dan banyak adegan komedi. Film ini didukung oleh banyak pemain yang namanya sudah terkenal dan tentu saja ada cameo dari aktor hollywood yang membuat kaget. Di film ini kita akan berkenalan dengan banyak hewan gaib yang lucu dan memiliki keunikan tersendiri, tentunya ditu

[REVIEW] The Visit (2016)

via : wikipedia Oke semuanya....mari traik nafas sebelum nonton film ini. Film ini memilliki level menegangkan yang sama dengan Don't Breathe. Pertama, saya yakin jika melihat nama M Night Shyamalan pasti masih terbayang film dia dari yang semula berupa masterpiece seperti Sixth Sense dan The Village, perlahan hancur seperti Avatar whatever itu dan After Earth. Kali ini dia kembali dengan film thriller beserta dengan plot twist yang unpredictable sesuai dengan ciri khas dia.The Visit bercerita tentang 2 anak kecil yang mengunjungi rumah kakek dan neneknya yang tidak pernah mereka temui selama seminggu. Liburan keluarga yang seharusnya menyenangkan menjadi sangat menyeramkan. Jadi apa sih yang membuat film ini menjadi `kembalinya` M.Night Shyamalan ? Semua aspek dalam film ini. Mulai dari script, atmosfir, cinematografi dan akting keempat pemeran utama yaitu kakek, nenek dan kedua bersaudara yang masih kecil. Latar film ini hanya di sebuah desa kecil dan rumah dan sebagia

[REVIEW] Justin Timberlake + the Tennessee Kids (2016)

credit to : IMDB Sepertinya Netflix tidak hanya menguasai film drama atau dokumenter. tapi sudah merambah ke concert movie. Kali ini, penyanyi yang dijadikan objek adalah Justin Timberlake, salah satu penyanyi paling powerful di dunia alias President of Pop. Baiklah, siapa yang tidak menyukai Justin Timberlake, atau setidaknya tahu Justin Timberlake. Sejak dia masih kecil dan masih bergabung di *NSYNC (lengkap dengan rambut ramennya), Justin telah menujukkan bakat bermusiknya dan menjadi penyanyi serta aktor yang sukses. Film ini mendokumentasikan tur terakhir dari 20/20 Experience World Tour yang berlangsung selama 2 tahun dan setting film ini di Las Vegas MGM Grand Garden Arena. Dokumenter musik kali ini berbeda dengan tipe This Is Us dari One Direction atau Never Say Never dari Justin Bieber. Film ini full konser Justin Timberlake dari awal hingg akhir. Di awal film kita akan berkenalan dengan kru serta band yang bekerja sama agar konser ini sukses. Konser full live se

[REVIEW] Doctor Strange (2016)

via : wikipedia Pertama kali saya menonton trailer ini, saya berkesimpulan kalau Doctor Strange itu semacam dukun. Apalagi dengan jurus-jurus dan manteranya. Walaupun saya penggemar Benedict Cumberbatch sejak dia bermain di Sherlock dan Imitation Game, saya tidak berekspektasi tinggi-tinggi untuk film Marvel ini. Jujur saya tidak kenal dengan superhero ini, dan origins story nya cukup unik, tidak seperti Iron Man dengan robotnya, Ant-Man dengan kostumnya ata Captain America dengan serumnya. Doctor Strange justru belajar.... ehm bagaimana cara bilangnya ya, pengobatatan alternatif ala Aa Gatot ( ????). Marvel yang biasa menghadirkan superhero dengan karakter yang keras, tangguh dan badan besar berotot kali menyuguhkan superhero yang flamboyan dan mengandalkan kekuatan pikiran. Benedict Cumberbatch sebagai Doctor Strange tidak ada bedanya dengan perannya sebagai Sherlock. Jenius, penuh ego, sombong dan ehm ganteng. Mungkin di avengers Infinity War akan lucu melihat dia dengan Iro

[REVIEW] Jack Reacher : Never Go Back (2016)

via : wikipedia Jadi begini ceritanya, sebenarnya banyak film lain di bioskop yang sedang main seperti The Accountant, Bridget Jones, Inferno. Tapi berhubung saya kalah suara dengan teman saya, maka film inilah saya tonton. Baiklah, film ini benar-benar film khas tipikal Tom Cruise dimana dia disorot habis-habisan sebagai tokoh utama. Lihat saja posternya dari Jack Reacher 1. Mungkin daripada never go back again, judulnya lebih baik diganti "Jack Reacher : Your Typical Tom Cruise Movie" Mungkin karena terlalu sering nonton film Tom Cruise ber genre action, saya bahkan lupa kalau film yang saya tonton ini judulnya Jack Reacher, bukan Mission Impossible. Jack Reacher yang jago berantem, cerdas dan tidak pernah kalah umpamanya seperti Ethan Hunt tanpa gadget dan tim. Untuk segi cerita, cukup lemah. Entah saya sedang lemot atau bagaimana, banyak adegan dengan penceritaan terlalu cepat dan setting perpindahan yang 'melompat-lompat'. Cukup bikin pusing sih. Jik

[REVIEW] Game Change (2012)

via : wikipedia Jadi, sebelum USA penuh kehebohan dengan Trump dan Hilary dan entah kenapa menjadi fenomenal dunia, well duh ! Of course because it's USA pada tahun 2008 saat pemilihan presiden yang memenangkan anak Menteng kesayangan Indonesia a.k.a Obama, terjadi kampanye tidak sehat dari John McCain dan Sarah Palin Sebelum menonton film ini, saya hanya tahu Sarah Palin hanyalah gubernur Alaska dengan anaknya yang masih remaja dan hamil di luar nikah. Jika Sarah Palin adalah orang Indonesia, sudah pasti dia mendapat caci maki. Jangankan mencalonkan diri, mungkin media sosialnya akan penuh dengan caci maki sana sini. Menonton film ini serasa menonton film dokumenter ditambah dengan sedikit dramatisasi. Julianne Moore selain dengan kemiripan fisik, dia bisa memerankan Sarah Palin dengan sempurna. Mungkin pesan moral dari film ini, karisma saja tidak cocok untuk menjadi pejabat. diperlukan pengetahuan yang luas serta kemampuan bekerja sama. Oh satu lagi, tidak hanya Indone

[REVIEW] Popstar: Never Stop Never Stopping (2016)

via : wikipedia Dari judulnya saja sudah mirip seperti film pertama Justin Bieber saat dia masih innocent dan tidak senakal sekarang.Intinya film ini adalah parodi dari film itu sekaligus kisah hidup Justin Bieber bergaya dokumenter. Jalan ceritanya persis seperti Never Say Never bergaya komedi khas SNL. Gampangnya, lihat saja gaya bicara Andy Samberg, serta tato (palsu) disekeliling badannya. Sangat Bieber. Film ini menceritakan Conner, mantan personil trio hip hop yang sukses berkarir solo, namun mengalami kegagalan di album keduanya. Memang tidak semua penyanyi solo sesukses Justin Timberlake atau Robbie Williams. Tidak hanya karir Conner, film ini membahas bagaimana nasib anggota band yang ditinggalkan pentolannya. Jokes di film ini benar-benar bodoh dan sangat lucu. Jika anda suka SNL, pasti akan cocok dengan jokes di film ini. Tidak harus Jokes selalu bertema kentut atau slapstick ala Adam Sandler. Lebih lucu lagi karena banyak cameo dari celebrity beneran seperti

[REVIEW] Sing Street (2016)

via : wikipedia Film ini bercerita tentang sekelompok pemuda yang hidup di Dublin tahun 1985 yang membuat band yang awalnya karena ketidaksengajaan sang vokalis yang ingin menggoda seorang wanita. Dari cerita yang simpel dan setting kota Dublin, lahirlah film yang manis serta menyenangkan untuk ditonton. Mungkin film ini mirip dengan Begin Again dan Once, yah karena yang buat juga sama. Dengan tema yang sama serta lagu yang asik (dan lebih banyak). Cerita film ini hanya seputar band remaja dan tanpa drama berlebih serta jalan cerita yang sulit. Simpel. Film ini mengingatkan kita saat SMA dimana sekelompok cowo berlomba-lomba membuat band dengan inspirasi band idola serta gaya berpakaian. Karena setting film ini 1985, maka inspirasi mereka adalah Duran Duran dan The Cure. Daya tarik film ini adalah kesederhanaan cerita serta bagaimana sudut pandang anak umur 15 tahun dalam menghadapi konflik keluarga, sekolah dan percintaan. Tentu saja lagu adalah salah satu aspek paling pentin

Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 1 (2016)

Credit to : movie.co.id Baiklah, mungkin ini kedua kalianya film Indonesia melakukan reborn, remake, apalah dan legenda komedi Indonesia diangkat kembali ke layar kaca. Dono Kasino Indro. Mereka ini sekelas Three Stooges di Indonesia dan tipikal lawakan mereka pun hampir sama, sejenis slapstick. Film wakrop DKI telah melintasi dua dekade yaitu tahun 80an dan 90an. Bagi kami (ketahuan tua) yang tumbuh besar dengan tertawa dengan film warkop, Tentunya akan sangat penasaran bagaiman jika mereka kembali dihidupkan dan diperankan oleh aktor papan atas seperti Abimana, Vino dan Tora. Baiklah. Saya akan sangat super jujur mengenai review ini sekalipun mungkin akan terasa (sedikitttt) menyakitkan. Intinya, 30% saya tertawa terbahak-bahak dan 70% saya terdiam hening dan merasakan kegaringan tingkat tinggi. Saya tidak akan menyalahkan ketiga aktor utama. Mereka telah memberikan totalitas dalam berperan. Abimana memakai gigi palsu dan baju untuk membuat perutnya buncit. Suaranya pun pe

[REVIEW] Train to Busan (2016)

via : wikipedia Saya sebenarnya dari dulu suka film Korea (filmnya ya, bukan drama) tapi biasanya saya nonton di DVD atau download bajakan (jangan ditiru!). Kali ini akhirnya saya nonton di bioskop karena hype nya yang tinggi dan atas rekomendasi teman-teman saya. Genre Zombie Apocalypse sangat jarang digunakan untuk film Asian dan kali ini Korea Selatan yang terkenal dengan industri perfilman (dan teknologi) berani mengangkatknya menjadi film. Untuk cerita, film ini sangat unik dan seru. Wabah zombie menyebar di area terbatas yaitu di kereta dan para penumpang harus berusaha menyelamatkan diri di tempat yang sempit. Tegangnya mirip-mirip dengan Don't Breathe tapi agaknya Train to Busan terlalu banyak memasukkan unsur drama ala Korea dan melankolis dimana-mana. Saya sedikit tidak mengerti, kenapa sih tiap film zombie, pas zombie mulai menyerang, tokoh utama dan orang sekitar tidak langsung lari malah bengong, cengo baru lari. RUN DUDE RUN ! (kesal sendiri). Sepanjang fi

[REVIEW] Don't Breathe (2016)

credit to : wikipedia Saya nontn film ini minggu lalu dan tidak memberikan ekspektasi apa-apa. Apalagi setelah mengetahui film horor low budget dan tanpa hype yang tinggi seperti Conjuring, saya justru berharap setidaknya please, don't be suck. Namun saat saya memasuki bioskop kursinya bahkan hampir penuh mengingat sudah jam 10 malam. Saat nonton, saya (literally) menahan nafas seperti judulnya. Benar-benar menegangkan. Entah faktor apa di film ini yang benar-benar (sekali lagi literally) membuat kita semua menahan nafas. Entah pencahayaan yang gelap, akting aktor? hmm menurut saya biasa saja, cinematografi atau semua dialog karakter yang dilakukan bebrisik (iyalah! maling!) atau mungkin jalan cerita yang terlalu sederhana namun mematikan. Apa pun itu, film ini berbeda dengan film thriller kebanyakan, Tentu kita kesal dengan 3 karakter protagonis di sini yang hendak mencuri dari kakek buta namun saat mereka kebalikan yang menjadi mangsa apakah kita masih kasihan ? Atau s

[REVIEW] The Secret Life of Pets (2016)

via : wikipedia  Apa jadinya jika hewan peliharaan anda ternyata memiliki kegiatan masing-masing dan beriteraksi satu sama lain di saat anda pergi ? Premis film ini kurang lebih mirip dengan Toys Story, bedanya ini versi hewan peliharaan. Oh ya, bagi anda pecinta Minion, jangan terlambat masuk bioskop karena sebelum film mulai ada short movie minion yang lucu berjudul Mower Minion. Creator dari The Secret Life of Pets adalah creator despicable me juga. Film dibuka oleh kegiatan para New Yorker yang memelihara hewan di tempat tinggal mereka masing-masing serta keseharian mereka. Tokoh utama anjing kecil Jack Russel Terrier bernama Max yang memiliki majikan bernama Katie. Hidup Max sangat bahagia dan dia memiliki teman Gidget (anjing Pom bewarna putih), Chloe (kucing),Mel (anjing Pug), Buddy (anjing Dachsund). Hidupnya berubah ketika Katie mengadopsi anjing lain bernama Duke berjenis Shaggy Mongrel yang sangat besar. Petualangan mereka akhirnya dimulai sampai bertemu dengan Sno

[REVIEW] The Gift (2015)

via : wikipedia Film Thriller yang saya tonton kali ini sedikit berbeda. Jika biasanya film thriller selalu bernuansa mencekam, banyak pembunuhan berdarah, dan psikopat yang menggila dan mengejar tokoh protagonis, film ini tidak memiliki adegan itu sedikit pun. The Gift adalah film thriller yang mengandalkan suasana yang tenang, santai namun tetap menegangkan. Cinematorafi film ini mengingatkan kita pada film Gone Girl dan Ex Machina, dark, suram serta memiliki setting rumah yang dikelilingi kaca dan interior yang bagus. Seriusan ini rumah idaman Pada awal film, kita diperlihatkan adegan suami istri yang hendak pindah ke rumah baru yang cozy dan indah lalu diikuti dengan kegiatan mereka belanja furniture untuk rumah baru mereka. Adegan yang sangat menyenangkan bukan ? Tapi itu semua akan berubah ketika mereka bertemu teman lama mereka yang socially awkward. Ah sudahlah, dari poster dan trailer saja sudah sangat terlihat siapa yang menjadi 'penjahat'nya. Walaupu

[REVIEW] The Kids are All Right (2014)

credit to : wikipedia Banyak pertanyaan muncul terhadap anak-anak dengan orang tua Gay atau Lesbian seperti "gimana nanti mental anak-anaknya ? Nanti terkena pengaruh buruk," well mungkin film ini bisa membantu menjawabnya. Jika biasa film bertema LGBT selalu mengangkat tema cinta terlarang, atau berakhir tragis dan sebagainya. Film ini justru memiliki setting dimana sepasang Lesbian telah hidup bahagia dan memiliki 2 anak remaja. dan ternyata (seperti judulnya) The Kids are All Right. Mereka teumbuh seperti remaja biasa yang sibuk dengan sekolah dan kenakalan khas remaja. Namun, suatu hari si bungsu ingin mencari tahu siapa ayah mereka alias siapa pendonor sperma mereka. Lucky for them, pendonor sprema mereka adalah Hulk, I mean Mark Ruffalo (saya lupa nama karakternya). Lambat laun, terjalin hubungan antara keluarga bahagia itu dengan Hulk. Jalan cerita film ini tidak ribet dan tidak membingungkan. Hanya bagaimana keluarga harmonis menjalin hubungan dengan orang ba

[REVIEW] Lights Out (2016)

via : wikipedia Setelah film pendeknya yang sangat menyeramkan serta fenomenal di kalangan netizen, dibuatlah film versi panjangnya ( ckck Hollywood, as usual always). Lights Out bukanlan film pendek  pertama yang diangkat menjadi film panjang. Sebelumnya di tahun 2013, film pendek Mama yang dimainkan oleh Jessica Chastain diangkat menjadi film panjang. Sebagai penonton film pendeknya, saya cukup excited ketika mendengar kabar film ini akan dibuat menjadi long version ditambah dengan poster yang sangat bagus. Simple, suram sekaligus membuat penasaran. Berbeda jauh dengan poster Suicide Squad yang ramai akan warna. Anyway, kita tidak akan membahas posternya. Mari kita bahas filmnya. Bagi yang menonton film pendeknya, pasti akan familiar dengan ibu-ibu yang ada di pembuka film. Iya, dia ibu-ibu yang sama yang menjadi tokoh sentral di film pendek. Iya, saya panggil dia ibu-ibu karena tokohnya juga tidak memiliki nama. Pembuka Lights Out memiliki scene yang sama dengan film pende

[REVIEW] An Education (2009)

via : wikipedia An Education adalah salah satu film drama coming-of age asal Inggris terbaik. Film ini berhasil menceritakan bagaimana tahap perubahan remaja perempuan menjadi wanita dewasa seutuhnya. Mulai dari tekanan di sekolah seperti ujian masuk universitas, PR, juga tekanan dari orang tua sampai nakalnya anak-anak remaja. Bagi beberapa orang, film ini mungkin mengingatkan kita di masa-masa rebel dimana guru dan orang tua adalah sosok yang sangat annoying sementara teman-teman adalah segalanya Carey Mulligan memerankan Jenny, anak perempuan yang rajin, pintar dan berharap visa masuk Oxford dengan dukungan penuh dari orang tua dan guru. Suatu hari dia bertemu dan jatuh cinta dengan pria bernama David yang mengaku berprofesi sebagai businessman. Walaupun umur mereka sangat jauh, Jenny sangat mencintai David sampai mengabaikan pendidikan dan nilainya yang selama ini sempurna. Dari sinopsis cerita di atas, sangat mirip dengan film dan novel Lolita yang dibuat pada tahun 1962.

[REVIEW] The Nice Guys (2016)

via : wikipedia Apa jadinya jika 2 beautiful men bersatu dalam sebuah film. Kecuali mungkin saat ini Russel Crowe sudah tidak seindah dulu, at least ada Ryan Gosling di sini dengan kumis ala 80s nya. Jika anda penyuka comedy buddies cop atau sejenis The Other Guys atau 21 Jump Streets, maka film ini cocok untuk anda. Walaupun unsur komedinya tidak segamblang film buddies cop lainnya, konflik di film ini cukup complicated dengan beberapa twist. Oh ya, film ini berlatar 80s sehingga banyak sekali refrensi pop culture di 80s serta setting yang sangat real. Karena film ini berhubungan dengan industri porno dan di 80s, industri porno sedang di masa puncaknya, akan banyak sekali nudity bertebaran. Chemistry Ryan Gosling dan Russle Crowe secara mengejutkan sangat baik walaupun umur mereka terpaut cukup jauh. Mungkin Russel Crowe tidak begitu menunjukkan sisi comedy nya karen adi film ini dia tetap memerankan 'the tough guy' sementara Ryan Gosling berhasil menjadi detekti

Pengaruh LGBT di Industri Hollywood

credit to : flavourwire.com Pertama, mengapa saya membahas karakter LGBT di film atau televisi ? Secara tidak langsung karakter LGBT mempengaruhi kualitas dari film atau serial tersebut. Tentunya karakter LGBT memiliki daya tarik sendiri kepada pentonton. Munculnya rasa tolerir dan peresmian pernikahan sesama jenis di beberapa negara di dunia juga tidak langsung karena pengaruh film dan serial bertemakan LGBT.  Untuk para kreator serial tv yang sangat menjunjung tinggi diversity seperti Shonda Rhimes ( Grey’s Anatomy, Scandal, Private Practice ) dan Ryan Murphy ( Glee, American Horror Story ), elemen LGBT sangat penting di dalam serial buatan mereka. Bahkan karakter LGBT memiliki cerita sendiri yang tidak kalah menarik dari cerita tokoh utama. Walaupun mungkin konfliknya selalu berkisar antara penerimaan diri sebagai kaum LGBT, namun banyak hal yang bisa kita ambil (istilah gaulnya pesan moral) seperti it’s okay to be different dan untuk kau

[REVIEW] Suicide Squad

source : wikipedia "Jadi sebenarnya ini film apa ?" "Jadi penjahatnya Batman ngumpul" "Trus ?" "Ya gitu kaya jadi superhero" "Ooh musuhnya siapa ? Batman ?" "....." Jadi kira-kira begitulah pembicaran orang mengenai Suicide Squad. Sebelum film ini tayang, digembar-gemborkan dengan banyaknya promosi, trailer, TV spot bahkan individual TV Spot. Iya, INDIVIDUAL. Supaya kalian saling kenal satu sama lain dengan tokohnya. Uniknya, walaupun dengan begitu banyak promosi dan trailer bertebaran dimana-mana, tetap kita tidak tahu clue villain untuk film ini bahkan inti ceritanya saja tidak ada. Berbeda sekali dengan trailer Batman V Superman yang baru trailer perdana saja sudah spoiler dimana-mana. Sebelum menonton ini, saya cukup kaget dengan review bertebaran yang ternyata cukup sadis. Ada yang bilang messy, chaos, pathetic. Tidak beda banyak dengan review Batman V Superman. Tapi film superhero agaknya harus tetap di

[REVIEW] Basic Instinct (1992)

credit to : wikipedia Genre film ini adalah Erotic-Thriller. Jika dalam bahasa Indonesia, thriller erotis dan lebih terdengar sebagai genre film horor semi porno yang dibintangi para penyanyi dangdut bertubuh bohay. Mungkin di Amerika sendiri, genre ini termasuk tabu karena kebanyakan plot genre ini terbilang payah dan mungkin para penonton hanya mencari adegan erotis saja. Bisa dibilang Basic Instinct adalah film yang bisa dibilang lumayan beradab untuk ditonton. Plot dan jalan ceritanya cukup seru, menegangkan dengan plot twist di ending sekalipun yah, adegan sex nya tidak pada tempatnya. Walaupun review dari para kritikus tidak begitu baik, film ini sangat sukses di box office. Film ini mendapat cacian dari kelompok LGBT masa itu karena penggambaran karakter Lesbian yang berlebihan. Menurut saya, tuduhan ini tidak masuk akal. Mungkin kelompok itu belum lihat bagaimana film Indonesia menceritakan karakter LGBT dengan lebay dan menjijikan. Performa Sharon Stone sama iconic

[REVIEW] Ghostbuster

via : wikipedia If there's something strange in you neighborhood Who you gonna call?  Ghostbusters !  Setelah trailer yang penuh kontroversi dan caci maki, akhirnya film ini rilis juga dan membuahkan hasil yang baik dari para kritikus. Hasil itu telah mematahkan seluruh opini haters dan orang-orang yang men judge film hanya dari trailer saja. Selain itu, siapa bilang wanita tidak bisa menjadi Ghostbusters ? Damn that sexist people ! Baik, mari kita bahas satu per satu. Untuk cerita, alurnya sangat baik. Tidak lambat dan juga tidak tergesa-gesa. Origins dari Ghsotbusters wanita ini diceritakan detail dan mereka berempat memiliki chemistry yang bagus mengingat mereka sudah banyak bekerja sama di acara Saturday Night Live dan Melissa Mccarthy dan Kristen Wiig pernah bersama di Bridesmaids (arahan Paul Feig juga).  Untuk comedy, rasanya tidak adil jika dibandingkan dengan Ghostbuster pendahulunya karena adanya perbedaan selera antara generasi jaman dulu dan sekar

[REVIEW] Snatch (2000)

via : wikipedia Sejak dulu, Guy Ritchie memang ahlinya membuat British crime comedy. Snatch adalah salah satu karya terbaiknya. Didukung dengan jalan cerita yang unik dan alur linear serta jajaran bintang, Snatch merupakan salah satu film crime yang ikonik. Guy Ricthie banyak menampilkan ciri khas penyutradaraannya seperti plot twist, kamera slow motion, alur linear dan flashback, serta karakter yang lucu dan aneh. Walaupun Snatch memiliki banyak karakter, tentu ada perkenalan dan background story dari masing-masing karakter. Anda tidak akan bingung kok ! Jika anda menanti Jason Statham menjadi jagoan yang gahar dan maskulin, anda salah besar. Jason Stathan di sini justru sangat bodoh dan lucu. Saya pribadi menyukai Jason Statham yang seperti ini. di luar dugaan aktingnya sangat bagus. Karakter seru lainnya adalah Mickey O'Neil yang diperankan Brad Pitt. Mikckey O'Neil adalah seorang petinju dengan temparemn yang tinggi serta dia adalah seoarng pickey. Sederhananya, pike

Me Before You (2016)

credit to : wikipedia Jadi intinya, film ini dibintangi oleh Finnick Odair, Mother of Dragon dan  Neville Longbottom (yang sudah ganteng tentunya). Terlepas dari kesuksesan bukunya, film ini masuk ke genre romance typical dan sedikit mengarah ke drama Korea (tokoh utama yang sakit, sang pria kaya dan sang wanita hopelessly miskin). Seperti yang bilang romance typical, banyak line cheesy dan tentunya ending yang sedih dan mengharukan ( ups ! Spoiler alert ! ) Walaupun dengan jalan cerita yang hampir sama di setiap film romance, akting Emilia Clarke di film ini sangat bagus. Tidak ada lagi image badass Sarah Conner di Terminator Genisys dan image Princess Khaleesi di Game of Throne. Dia berhasil memerankan Louissa yang sederhana, cerewet, ceroboh namun memiliki hati yang besar. Also, senyumnya sangat cute. Untuk Finnick,.. I mean Sam Clafin, tidak ada yang spesial dengan performa nya sebagai penyandang cacat. Aktingnya tidak beda jauh dengan perannya di film Love, Rosie seba

[REVIEW] The Walk (2015)

via : wikipedia Saya cukup menyesal tidak menonton film ini di bioskop. Saya ingin merasakan sensasi dan thrill di film ini. Bayangkan jika anda meniti tali di atas gedung dengan ketinggkan 110 M. Can you imagine ? Untuk yang phobia dengan ketinggian, mungkin film ini bisa dijadikan terapi alias uji nyali. Akting Joseph Gordon-Levitt sebagai Philippe Petit, seniman jalanan dari Prancis yang sangat kerasa kepala untuk berjalan di antara WTC hanya dengan seutas tali sangat bagus. Aksen Prancis nya snagat natural walaupun di beberapa part sedikit terdengar dibuat-buat. Untuk para cewe, Joseph Gordon-Levitt yang memainkan sulap sambil memakai topi hitam sungguh cute (I know, saya sungguh bias) Jika anda berpikir kalau film ini hanya tentang mimpi orang berjalan di atas WTC dengan penuh quotes insipratif, anda salah total. Justru menonton film ini mengingatkan saya dengan beberapa heist movies seperti Ocean Trilogy, Italian Job, Now You See Me, etc. Efek film ini sunguh real. Su

[REVIEW] Listen to Me Marlon (2015)

credit to : wikipedia Saya jarang sekali menonton film documentary. Namun jujur, saya sangat mengagumi sosok Marlon Brando sang Godfather terlepas dari segala attitude dan ktroversi akan dirinya. Listen to Me Marlon merupakan documentary yang unik karena jika biasanya documentary diceritakan dari sisi orang ketiga, film ini diceritakan langsung oleh suara Marlon Brando yang dia rekam semasa hidupnya. Suaranya dan gaya bicaranya yang khas membuat kita merasa dekat dengan sosok Marlon Brando Marlon Brando dapat dikatakan sebagai legend dalam dunia perfilman. Namanya terkenal saat memerankan karakter Stanley yang emosional kasar dan tidak stabil di film. Seluruh wanita tergila-gila dengan sosok Marlon Brando dengan image bad boy dan menjadikan dia sex symbol di era 1950an hinga 1960an. credit to : huffingtonpost Listen to me Marlon menceritakan masa kecil yang susah dan membuatnya penuh dengan amarah dan pemberontakan. Selain itu, dibalik sosok yang Bad Boy, nyatanya Marlon