Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

[REVIEW] Spider-Man : Homecoming (2017)

via : wikipedia Lihat poster itu, berantakan, kan ? Seolah-olah para tokoh ditumpuk sembarangan dan kenapa muka Robert Downey sangat besar dan ada Iron Man yang hampir mendominasi poster ? Seolah-olah Marvel tidak PD kalau film ini akan bagus secara critical atau secara komersial. Sama seperti ekspektasi saya saat pertama kali melihat trailer film ini Tapi ternyata film ini jauh melampaui ekspektasi saya. Film dibuka oleh Vlog ala Spiderman saat bertarung di Civil War kemudian lompat ke beberapa bulan saat Peter Parker kembali ke kehidupan remajanya. Spiderman yang kembali ke Marvel menyerap semua ciri khas film Marvel yaitu fun dan humor. Humor di sini mengingatkan kita pada jokes di Ant-Man dan Guardian of Galaxy. Untunglah tidak diceritakan ulang mengenai asal usul Spiderman dan kematian Uncle Ben yang bisa-bisa membuat kita bosan akan cerita klasik itu yang sudah diulang berkali-kali, justru Aunt May yang sangat cantik menjadi salah satu pusat perhatian di film ini. Jelas

[REVIEW] 47 Meters Down (2017)

via : wikipedia Dengan banyaknya film yang rilis pada musim panas, 47 Meters Down bisa dibilang kuda hitam dan tidak disangka menerima ulasan dan penghasilan yang bisa dibilang tidak buruk. Hal ini bisa dibilang cukup baik mengingat budget film ini tentu tidak spektakuler seperti Transformer atau Spiderman. Genre film ini adalah horor survival yang idenya sendiri mirip-mirip dengan The Shallows  yang dibintangi oleh Blake Lively, sama-sama melibatkan hiu dan perjuangan untuk selamat. Walaupun sama-sama di laut, setidaknya Blake Lively bisa bernafas bebas dengan oksigen dan para karakter di 47 Meters Down harus menghadapi hiu, kedalamn laut yang membahayakan dan tentunya oksigen yang terbatas. Untuk sinopsis, agaknya sudah cukup jelas tentang apa film ini dari posternya. Film ini dibintangi oleh Mandy Moore dan Claire Holt. Walaupun mereka memakai alat menyelam dan ekspresi wajah mereka tidak ditampilkan, akting mereka bisa dibilang keren walau hanya bermodalkan dialog yang dap

[REVIEW] Transformers : The Last Knight

via : wikipedia Dari hari pertama rilis dan pengalamn dari film-silm sbeelumnya, memang sebaiknya tidak usah ekspektasi tinggi-tinggi untuk film ini. Tapi, saya tidak menyangka kalau film yang dirilis dengan promo gila-gilaan seperti ini justru hasilnya hancur sehancur-hancurnya. Masih teringat pertama kali saya nonton Transformers pertama di tahun 2009, efek dan cerita yang sangat fresh menjadikan franchise ini sangat sukses dan menaikkan penjualan mainan hingga dibuat arena sendiri di universal studio. Sekarang, mendengar kata Transformer justru terbayang cerita tak karuan, full ledakan dan rating hancur. Baiklah, jadi di film ini bercerita tentang ..... HA ! Saya lupa ! Intinya sama seperti seri sebelumnya, Autorobot dimusuhi oleh militer, Militer menyerang Autorobot, muncul Megatron, Bee dan Optimus Prime menjadi aktor utama, ledakan dimana-mana dan manusia kecil berlarian dengan sengaja di antara para robot. Sepanjang film banyak sekali plot hole dimana-mana dan makin dipik

[REVIEW] Silent Voice (2016)

via : wikipedia Animasi Jepang memang banyak yang bikin baper. Setelah Your Name, dan masih mengambil setting remaja SMA, Silent Voice kembali membuat penonton terenyuh dengan ceritanya. Shouko Nishimiya adalah murid SD baru dan seorang tuna rungu. Di sekolahnya, dia ditidas oleh Shouya Ishida hingga karena suatu kejadian, Shouko harus pindah sekolah. Setelah kejadian itu, semua murid menyalahkan Shouya dan semua hal yang pernah dia lakukan berbalik kepadanya. Setelah SMA, Shouya menjadi penyendiri dan kesepian. Setelah bertemu kembali dengan Shouko, Shouya mulai memperbaiki hubungannya dengan orang sekitar dan menebus rasa bersalahnya kepada Shouko Kyoto Animation sebagai rumah produksi film ini menyuguhkan artwork uang indah dan cerita yang bagus. Animasi film ini mengingatkan kepada TV series K-ON. Pendalaman karakter di sini cukup dalam sehingga kita bisa merasakan cerita ini lebih dalam termasuk para karakter pendukungnya. Shouko merupakan tipikal wanita lembut yang akan m

[REVIEW] Florence Foster Jenkins (2016)

via: wikipedia Tidak ada yang bisa membatasi mimpi termasuk suara yang jelek. Diangkat dari kisah nyata mengenai sosialita berhati tulus yang ingin menjadi penyanyi opera, film ini menawarkan genre musical dengan gaya yang baru. Jika film musical biasa seperti Pitch Perfect dan Sing Street kita selalu disuguhkan lagu-lagu asik serta suara dari para pemain yang indah, lain halnya dengan film ini. Suara Meryl Streep yang biasa kita dengan di film seperti Mamma Mia sangat bagus, kali ini keterlaluan buruknya. Dia mampu memerankan Florence yang memiliki suara hancur namun memiliki hati yang baik serta kondisi fisik yang rapuh. Orang-orang di sekitarnya selalu berusaha memperlakukannya dengan baik dan terus berbohong mengenai suaranya untuk mendapatkan keuntungan. Mungkin peran ini salah satu perannya yang cukup mudah terlupakan tapi namanya juga Meryl Streep, dia pasti akan dengan mudah masuk nominasi Oscar. Film ini juga merupakan momentum kembalinya Hugh Grant ke industri film. A

[REVIEW] Wonder Woman (2017)

via : wikipedia Setelah 10 tahun lebih, akhirnya Superhero wanita memiliki film sendiri dan hasilnya di luar perkiraan sangat bagus. Selama ini film superhero didominasi oleh superhero pria dan kali ini giliran superhero wanita menunjukkan kekuatannya. Film- film DC Universe yang sejauh ini selalu mendapat review buruk mendadak diberi review sangat tinggi oleh rotten tomatoes yaitu 97%. Tentu hasil itu setimpal dengan isi film ini. Film dibuka dengan setting modern saat Diana menerima foto waktu dia sedang perang bersama Steve Trevor dan setelah itu cerita dimulai. Diana mengenang masa lalunya sebagai suku Amazon dan pendapatnya tentang manusia. Tanpa mengurangi ciri khas DC yang gelap, film ini menyuguhkan humor-humor ringan dan jalan cerita yang simpel. Walaupun durasi film ini 2 jam 20 menit, kita tidak akan merasa bosan saking serunya tidak seperti Batman V Superman. Action film ini juga ditampilkan dengan bagus oleh Gal Gadot dan masih dengan ciri banyaknya slow motion da

[REVIEW] Get Out (2017)

via : wikipedia Apa jadinya jika kamu diajak ketemu orang tua pacarmu, dan bukannya menjadi akrab justu nyawamu terancam. Kira-kira begitulah inti film ini. Get Out merupakan film horror dengan ide fresh yang beda dengan film horror lainnya. Film ini menggabungkan issue rasisme, issue yang sedang gencar saat ini, dan psikologi thriller. Tidak ada hantu atau zombie di film ini, hanya ada manusia rasis yang justru jauh lebih mengerikan karena kita memiliki chance besar bertemu merek di dunia nyata. Get Out dibuka dengan scene yang sangat kekeluargaaan dan atmosfir yang menyenangkan. Tapi lihat setelah 20 menit kemudian. Muncul teror-teror yang menyiksa secara psikologi dan ditutup dengan climax yang bikin kita deg-deg an. Film ini tidak memiliki twist ending yang mengangetkan. Saya rasa kita sebagai penonton sudah bisa memprediksikan apayang terjadi dari pertengahan film. Namun cerita dan cinematografi yang disajikan menjadi kekuatan film ini. Jika ditelusuri lebih dalam, bany

[REVIEW] King Arthur : Legend of The Sword

via : wikipedia Guy Ritchie yang terkenal membuat film-film gangster mendadak menjadi sutrdara film kolosal. Guess what ? Hasilnya menjadi Lord of The Rings rasa Snatch. Ciri khas Guy Ritchie dengan alur flash back/forward dan para karakter yang berasal dari middle class guy tentu masih ada. Sulit dipercaya kalau asal mula Legend British ini dari jalanan. King Arthur merupakan cerita setting mediaval dengan dialog menghibur dan ada selipan humor. Charlie Hunam merupakan pilihan tepat (tentu selain wajahnya yang tampan). Jude Law kembali berkolaborasi di film Guy Ritchie setelah film Sherlock Holems dan sekuelnya. Akting para aktor dan aktris di sini cukup mampu menunjang pemeran lainnya. Untuk efek CGI, yah budget USD 175 Million kalau masih murahan ya kebangetan. Sayang sekali film ini termasuk box office flop padahal jika biasanya genre kolosal disajikan dengan serius, film ini menceritakannya secara santai dan menghibur. FIlm ini juga menjual nama besar Guy Ritchie, Charlie

[REVIEW] Alien : Covenant (2017)

via : wikipedia Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya sekuel Promotheus dibuat dan langsung berhubungan dengan franchise kesayangan kita yakni ALIEN. Bisa dibilang Alien salah satu franchise horror sci-fi lintas generasi (selain Predator) yang paling terkenal dan di film-film lainnya mendapat review bagus dari para krtikus dan penghasilan box office yang gila-gilaan. Sesuai posternya, akan ada banyak alien. Yep semua yang penonton harapkan akan muncul semua 1. Alien yang muncrat dari perut manusia 2. Alien kecil menjadi liar 3. Manusia ditemplokin inang Alien 4. Emak Alien yang gede dan beringas 5. Banyak Kru mati 6. Ending yang bikin kita bengong dan membuka peluang untuk sekuel Bagi penggemar Alien jaman dulu yang penuh aksi, film ini sangat memuaskan dan seru. Berhubung sutrdaranya nya sama, Ridley Scott, selalu ada ciri khas ketegangan dan score yang membuat kita menutup kuping ketakutan. Template film ini pun hampir sama dengan plot film pertama di tahun 19

[REVIEW] Risky Business (1983)

via : wikipedia Akhirnya saya memiliki kesempatan untuk nonton film Tom Cruise yang klasik ini berkat internet. Sebelum Tom Cruise terkenal sebagai bintang film action dan Scientology nya, di tahun 1980-an dia adalah seorang heartthrob dengan muka yang imut. Perannya sebagai Joel, remaja yang masih menjati diri membuat namanya melejit. Genre yang booming di tahun 1980-an adalah drama remaja. Risky Business bercerita semuak kejadian heboh yang dialami Joel saat orang tuanya tidak di rumah. Mulai dari berurusan dengan mucikari hingga menenggelamkan Porsche milik ayahnya di danau. Tema yang diangkat di film ini cukup umum seperti ujian kelulusan, kampus yang akan dimasuki dan mau jadi apa di masa depan, namun film ini mengemasnya dengan komedi khas 80-an ditambah banyak adegan nudity. Oleh karena itu film ini adalah film remaja dengan rating R. Tidak ada yang menyangkan Tom Cruise yang di sini berperan sebagai remaja labil dan awkward 4 tahun kemudian menjadi keren di Top Gun.

[REVIEW] Guardians of The Galaxy Vol.2 (2017)

via : wikipedia Judul sekuel Guardians of The Galaxy (GOTG) ini seperti Awesome Mix milik Star Lord. Adegan dibuka dengan pertarungan para Guardians melawan monster. Baby Groot yang menjadi maskot di film ini menari-nari dengan lucu dan bertingkah seperti anak polos. Setelah itu, film ini officially dimulai. Pusat cerita ini adalah, Ayah Star Lord yang pada GOTG sebelumnya ternyata bukan manusia muncul di hadapan para Guardian. Member Guardians pun bertambah yaitu Yondu, alien yang menculik Star Lord saat kecil dan Nebula, saudari Gamora yang di film sebelumnya adalah penjahat. Siapa bilang sekuel tidak sebagus pendahulunya ? GOTG volume 2 lebih keren, asyik dan lucu dibandingkan yang pertama. Tradisi Marvel adalah membuat sekuel jauh lebih baik dari sebelumnya. Hal sama yang terjadi pada Captain America, Iron Man dan Thor. Film ini juga membahas cukup dalam hubungan antara father & son. Scene terakhir di film ini sangat menyentuh diiringi OST yang tepat. Ngomong-ngomong soa

[REVIEW] Fifty Shades of Darker (2017)

via : wikipedia Film ini adalah installment kedua dari trilogi 50 Shades dan tetap tidak ada perkembangan cerita dari series sebelumnya. Datar dan membosankan. Well, tidak bisa disalahkan juga karena kualitas novelnya pun juga buruk WARNING : Full Spoiler Mari kita bahas dari hal positif film ini dulu. Chemistry Dakota Johnson dengan Jamie Dornan semakin baik dari film sebelumnya. Saya lebih menyukai sosok Anna di film dibandingkan di Novel. Anna d film less menye-menye dan dia memiliki prinsip serta cukup tegas terhadap Mr. Grey yang pemaksa. Dia juga bertahan dengan pendapatnya dan di beberapa scene justru dia yang menggoda Mr.Grey dengan nakal. Sosok Christian Grey juga lebih mudah disukai di film ini. Dia lebih lembut dan memiliki hati. Sosok Christian Grey yang egois dan pemaksa di Novel justru sangat menyebalkan. 2 tahun berlalu sejak Fifty Shades of Grey dan kedua bintang itu menunjukkan kemampuan akting yang meningkat. Mari kita lanjutkan dengan hal buruk dari film

[REVIEW] La La Land (2016)

via : wikipedia Selamat datang di La La Land dimana kota penuh impian dan para pendatang nekat ke kota ini untuk mewujudkan mimpi. Yah, ini Los Angeles kok. Semua orang bermimpi sukses di dunia Hollywood. Takdir mempertemukan Mia dan Sebastian. Mia adalah calon aktris yang selalu gagal di audisinya dan Sebastian adalah pianis Jazz  idealis yang memiliki impian untuk membuka club Jazz sendiri. Mereka saling jatuh cinta dan berusaha mewujudkan mimpi masing-masing. Setelah menonton La La Land, pasangan Sebastian dan Mia mengingatkan saya dengan pasangan Sari dan Alek di film A Copy of My Mind. Mereka saling mencintai dalam kesederhanaan (walaupun La La Land lebih mewah sih) dan mereka menikmati hidup mereka seolah mereka bagian yang terpisah dari sibuknya kota. Chemistry Emma Stone dan Ryan Gosling tidak usah diragukan. Ini ketiga kalinya mereka bekerja sama terutama berperan sebagai sepasang kekasih. Ini adalah proyek musikal pertama bagi mereka berdua. Adegan menari keduanya s

[REVIEW] The Fate of The Furious (2017)

via : wikipedia Hal pertama yang terlintas di pikiran saya setelah tahu kalau series ini dilanjutkan adalah .... NO PLEASE STOP IT ! SOMEBODY ! Film action ini makin lama ceritanya makin dibuat-buat. Dari lawan jadi teman dan teman jadi lawan. Yang mati mendadak bangkit yang hidup dibuat mati. Oh God ....Film action super manly full otot ini malah jadi drama super panjang. Sinopsis film ini adalah Dom sang tokoh utama berkhianat dan The Rock mengambil alih posisi kepemimpinan bersama Jason Statham yang sudah membunuh Han di Tokyo. There is no awkward situation ataupun rasa benci karena telah membunuh keluarga mereka. Mereka bahkan saling bekerja sama sebagai keluarga. Like... Really ? Charlize Theron dan Scott Eastwood tampil sebagai karakter baru di film ini dan secara mengejutkan mereka tampil dengan apik. Chemistry antar pemain sangat bagus seperti di series Fast sebelumnya begitu juga dengan jokes-jokes yang mampu membuat kita tertawa di sela adegan yang serius. Tidak ada

[REVIEW] Hidden Figures (2016)

via : wikipedia Diangkat dari kisah nyata, 3 orang wanita kulit hitam yang bekerja di NASA dan memiliki kunci penting dalam perkembangan proyek luar angkasa. Mereka tidak hanya harus bertarung dengan warna kulit putih, namun juga bertarung dengan banyaknya pria kulit putih yang mendominasi NASA. Taraji P Henson yang biasa kita lihat keren di Empire  berubah drastis menjadi seorang nerd yang ambisius. Cerita film ini tidak hanya berpusat kepada Katherine Johnson yang diperankan Taraji P Henson, namun juga kedua temannya Dorothy Vaughan yang diperankan Octavia Spencer dan juga Mary Jackson yang diperankan Janelle Monae. Mereka bertiga mampu emmerankan wanita yang cerdas dan tidak bergantung pada pria. Banyak isu rasisme dan feminisme yang diangkat di film ini.Film ini menggambarkan betapa kejamnya perlakuan diskriminasi kepada kamu kulit hitam (pemisahan tempat duduk, toilet dan hak pendidikan). Kamu wanita juga dianggap hanya akan bekerja di dapur dan tidak berhak memiliki kari

[REVIEW] Blue Jasmine (2013)

 Film ini sebenarnya sudah ada di hardisk saya sejak lama. Ini juga saya nonton film ini waktu jam kerja di kantor (bukan karyawan teladan). Saya pikir ini hanya drama cengeng ala film Oscar walaupun saya tahu kalau Cate Blanchett memenangkan Oscar untuk akrtis terbaik, cuma dulu mungkin karena kurang promo atau hype, jadi kurang menarik minat saya untuk menonton. Setelah saya tonton ternyata UWOOOWWW (ini beneran, ga lebay, serius ini reaksi saya). Blue Jasmine merupakan salah satu film dengan akting natural dari para cast nya. Lengkap dengan cinematografi khas Woody Allen yang didominasi warna coklat. Cate  Blanchett berperan sebagai Jasmine, sosialita New York yang jatuh miskin setelah suaminya ditangkap atas kasus pencurian uang. Harta Jasmine habis semua dan dia terpaksa tinggal menumpang di rumah adiknya yang dulu dia hina sebagai kalangan jelata. Jasmine masih belum menerima kehancurannya dan dia berusaha mengembalikan kejayaannya. FIlm ini memiliki alur maju mundur. Set

A Copy of My Mind (2016)

via : imdb Tidak perlu sebuah kemewahan untuk membuat film bagus. Cukup sebuah kesederhanaan dan dialog natural tanpa harus berbalas puisi. Film ini mengambil setting Jakarta, tepatnya pinggiran Jakarta di daerah kalangan menengah ke bawah. Kita disuguhkan pemandangan jalanan ibukota yang padat, suara kendaraan umum serta klakson yang berisik, kost-kostan di gang senggol dan ekspresi wajah penduduk Jakarta dalam menjalani hari-hari. Tara Basro berperan sebagai Sari, terapis facial di salon yang suka menonton film. Setiap hari setelah pualng kerja dia mampir ke toko DVD bajakan untuk membeli DVD yang akan ditonton di kostnya. Impian Sari sangat sederhana. Dia hanya ingin punya Home Theater untuk nonton film. Sari tanpa sengaja bertemu dengan Alek, tukang buat subtitle DVD bajakan dengan hanya bermodalkan google translate. Dalam waktu singkat mereka saling jatuh cinta. Mereka memiliki dunia kecil sendiri di tengah hiruk pikuk Jakarta. Sari dan Alek menjalani kehidupan apa adanya t

[REVIEW] Life (2017)

via : wikipedia Sinopsis film ini adalah sekelompok astronot terjebak di luar angkasa dan berjuang sekuat tenaga menyelematakan nyawa mereka dari makhluk asing yang siap membunuh. Terdengar familiar ? Tentu saja ! Tapi ini bukan salah satu franchise alien. Film ini merupakan salah satu film thriller di luar angkasa dengan premis yang sama namun memiliki banyak penjelasan scientific. Film ini bisa dibilang obat rindu bagi para penggemar horror sci-fi sekaligus pemanasan dalam menyambut film Alien tahun ini. Durasi yang singkat padat dan tidak bertele-tele membuat kita tidak bosan. Ketegangan di film ini berjalan natural tanpa musik atau jeritan dari para tokoh yang berlebihan. Beberapa scene di film ini mengingatkan kita pada Gravity. Entah menurut saya beberapa adegan persis seperti film Sandra Bullock itu. Nah, untuk para pemerannya, film ini memiliki cast yang tidak main-main. Mulai dari Jake Gyllenhaal, Ryan Reynolds dan Rebecca Fergusson. Cukup disayangkan pendalaman karak

[REVIEW] Power Rangers (2017)

via : wikipedia Beberapa tahun belakangan ini, berseliweran rumor mengenai dibuatnya film Power Rangers. Mulai dari fan-made trailer, fan poster hingga dibuat unofficial short movie. Pada tahun 2017, semuanya terealisasi menjadi sebuah film utuh dan menurut saya (serta para fans) surprisingly cukup awesome. Untuk sinopsisnya, semua juga pasti sudah tau. 5 remaja terpilih menjadi Power Rangers untuk melindungi dunia. Tontonlah tanpa memikirkan kompleksitas cerita. Kosongkan otak anda, perluas imajinasi anda seperti anak kecil yang bangun dengan semangat jam 10.00 pagi untuk menonton aksi mereka di TV. Film ini menekankan origins dari para Ranger seperti asal mula mereka, kepribadian mereka serta isu-isu remaja seperti autisme dan LGBT walapun hanya sekilas dibahas. Cukup disayangkan karena akan membuat film ini semakin menarik. Berbeda dengan di versi TV, para Rangers ini justru sekumpulan remaja yang berkumpul di kelas detensi dan menjalani hari mereka dengan bosan. Hal yang m

[REVIEW] Beauty and The Beast (2017)

via : wikipedia Tale as old as time.... Mendengar 1 kalimat itu saja pasti langsung terbayang adegan Belle berdansa dengan Beast diiringi lagu Beauty and The Beast yang sudah dicover, daur ulang dan hampir semua Disney fan hapal. Sekitar tahun lalu waktu mendengar Emma Watson dicasting menjadi Belle, saya langsung bersemangat mengingat 'history' Emma Watson yang terkenal dengan kepintarannya (seperti Hermione Granger).Setelah menonton film ini, saya bisa memastikan bahwa Emma Watson sangat tepat sekali untuk berperan sebagai Belle, si kutu buku nan cerdas. Untuk cerita, kita tentu sudah tau sendiri cerita fairytale ini, jadi tidak usah dibahas jalan ceritanya. Come on, ekpektasi anda apa ? Sudah jelas ini live action dari kartun Beauty and The Beast. Detail dari film ini luar biasa. Kita akan dimanjakan dengan efek indah khas Disney  dan kemiripan setting, pakaian dan adegan dengan versi kartunnya. Hal yang membuat film ini istimewa adalah banyaknya adegan musical d

[REVIEW] Logan (2017)

via : wikipedia Ada berbagai macam aktor memerankan Batman, Spiderman dan Superman. Namun hanya ada 1 wolverine yaitu Hugh Jackman. Setelah 17 tahun berpetualang bersama kita, Hugh Jackman memutuskan pensiun menjadi Wolverine dan mempersembahkan film terakhirnya dengan rating R (Restricted bukan REMAJA) Setting film ini di Amerika pinggiran menuju Mexico dimana Wolverine sudah tua dan tidak sekuat dulu. Dengan mudahnya Wolverine dihajar oleh orang biasa dan keahlian sembuhnya menurun. Professor X terkena penyakit otak dan sedikit pikun. Tanpa disangka muncul mutant baru berwujud anak kecil bernama Laura. Wolverine dan Charles Xavier berjuang untuk melindungi Laura dan sisa-sisa mutant yang ada. Persembahan terakhir Hugh Jackman terkesan jauh lebih suram dibanding film X-Men sebelumnya yang sangat komikal. Hugh Jackman sebagai Wolverine tua membuat kita kasihan. Bahkan untuk jalan saja dia terengah-engah. Wolverine kehilangan hampir seluruh kekuatannya kecuali hatinya yang baik.

[REVIEW] Split (2017)

via : wikipedia Kalau misal ada yang nanya, ini film tentang apa sih ? Udeh baca aja tuh posternya. Udah sinopsis singka, padat dan lengkap. Adegan dibuika saat.. (bukan) Kevin menculik ketiga gadis remaja dengan tujuan yang misterius. 1 kepribadian aja kadang suka bikin kita pusing. Gimana dengan 23 kepribadian ? Ramai deh. Cerita film ini berlangsung cepat, intense dan sangat menegangkan. Walaupun sebenarnya saya lebih suka The Visit sih. Tapi Split ini juga merupakan titik balik kebangkitan M Night Shyamalan yang beberapa tahun sebelumnya selalu melahirkan film-film hancur. Jika di film-filmnya selalu memiliki ending twost yang mengejutkan, mungkin tidak untuk Split. Klimaks film ini memang menegangkan tapi tidak membuat kita para penonton heboh dengan endingnya. Kunci film ini adalah akting James McAvoy sebagai Kevin yang memiliki 23 kepribadian. Artinya, dia harus berakting sebagai 23 orang sekaligus. Dia bisa berperan sebagai Denis yang OCD, Patricia wanita jahat dan He

[REVIEW] Lego Batman Movie (2016)

via : wikipedia Everything is awesome... Everything is cool when you're part of the team... Jika mendengar kata lego, selain mainan yang harganya menjulang, tentu saja lagu itu yang menjadi OST Lego Movie tahun 2014 silam. Karakter Batman yang dark, serius namun konyol dan aneh dibuat spin-off sendiri. Mungkin terkesan 'cari duit' banget kalau sebuah karakter dibuat film solo (sorry Minion) tapi siapa sangka kalau film ini lucu dan begonya hampir menyamakan Lego Movie. Datang dari detik pertama film ini karena openingnya pun tidak luput dari komentar-komentar Batman ala suara seraknya. Jokes-jokes di film ini dipenuhi spoof dari film-film Batman lainnya. Seperti kata Alfred, dari film 1989, 1992, 1995, 1997, 2005, 2008, 2012, 2016 dan teraneh di tahun 1960. Semua film itu serasa disatukan dan dijadikan jokes. Banyak easter egg dari film-film itu seperti semprotan hiu di serial 1960an, adegan-adegan iconic di film-film sebelumnya, lalu dialog lucu yang tidak hent

[REVIEW] Resident Evil : The Final Chapter

via : wikipedia Beneran kan ini terakhir ? Ya kan ? Akhirnyaaa setelah franchise ini pertama kali rilis di tahun 2002, mencapai titik akhir. Setelah 15 tahun berpetualang dengan Alice, dengan berat hati (dan excited) kita harus berpisah dengan dia. Untuk series terakhir dari film ini, tidak ada hal yang istimewa. Seperti seri sebelumnya, film ini dipenuhi zombie, darah, pistol, dan Umbrella Corporation yang memberi banyak cobaan ke Alice. Saya sejujurnya berharap terlalu banyak untuk series ini. Saya kira series ini akan ditutup dengan epic tapi yah malah jadi datar. Hal ini sangat disayangkan karena Resident Evil merupakan salah satu franchise action yang sangat berpengaruh ditambah dengan promo film ini ke banyak negara. Cerita datar, monoton dan tidak ada hal spesial namun lucunya film yang ini memiliki rating paling tinggi diantara yang lainnya yaitu... 34%. Kemajuan lah Alice sebagai heroine bisa dibilang pencetus jagoan wanita di hollywood sebelum lahirnya Katniss, Rey,

[REVIEW] Arrival (2016)

via : wikipedia Bagi anda penggemar film alien invasion yang penuh aksi, tembak-tembakan dan ending dengan kemenangan manusia, anda salah jika memilih film ini. Poster dan trailer film ini memang menipu. Film ini bercerita tentang kedatangan pesawat misterius yang berisi makhluk asing di 12 negara. USA mengutus Dr. Banks (Amy Adams) seorang ahli bahasa untuk mencoba berkomunikasi dengan mereka. Awal film ini berjalan dengan lambat dan sekali lagi, tidak ada scene ledakan besar dan bombastis. Hanya ada scene Amy Adams dan Jeremy Renner yang menulis di board dan usaha mereka dalam berkomunikasi. Namun, film ini tidak membosankan. Justru membuat kita tegang dan di bagian ending, terdapat plot twist yang sangat mengejutkan. Film ini merupakan sci-fi yang menekankan banyak porsi drama. Chemistry antar Amy Adams dan Jeremy Renner dibangun dengan sangat baik. Sangat disayangkan mereka berdua tidak masuk nominasi Oscar walaupun film ini panen nominasi di kategori lainnya. Arrival a

[REVIEW] Two Weeks Notice (2002)

via : wikipedia Sekitar tahun 2000-an, masa komedi romantsi sedang berjaya. Kita memiliki Hugh Grant, ikon Rom-Com dari Inggris lengkap dengan charm dan aksen seksinya. KIta juga memiliki Sandra Bullock yang selalu menjadi lead actress untuk rom-com dan sepertinya sepanjang era 2000-an (sebelum menjadi Oscar Darling), dia marathon bermain di rom-com. Lalu bagaimana jika kedua ikon ini disatukan dalam sebuah film ? Secara mengejutkan menjadi manis, seru tapi tetap saja tidak ada hal istimewa Humor dan drama di sini menjadi tipikal rom-com. Yah kalian tahu lah gimana sih rom-com era 2000-an. Kekuatan film ini bukan pada ceritanya, tapi pada chemistry dan kekuatan akting mereka berdua. Hugh Grant tetap memerankan typical playboy yang bikin cewe gregetan dan Sandra Bullock memerankan heroine yang menaklukan Hugh Grant sang playboy. Bersiaplah, ke depannya akan banyaaakk sekali film tipikal beginian. Tapi bagaimana pun, namanya juga rom-com, memiliki filosofi jangan terlalu serius

[REVIEW] Nocturnal Animals (2016)

via :wikipedia Apa yang ada di pikiran anda jika mendengar nama Tom Ford ? Designer ? Yep. Selain bidang fashion, dia juga menguasai bidang film. Pada tahun 2009, dia juga berhasil membuat film A Single Man yang dibintangi oleh Colln Firth dan Julianne Moore. FIlm itu juga membuktikan bahwa Tom Ford dapat membuat film keren sekaligus fashionable Tahun 2016, dia kembali dengan genre Neo-Noir/Drama dan dibintangi jajaran cast yang sudah sangat familiar. Film ini bercerita Susan (Amy Adams) yang menerima novel buatan mantan suaminya (Edward) secara mendadak. Isi novel itu mengingatkan Susan atas masa-masa kelam yang pernah mereka lewati. Susan bahkan merasa novel ini adalah bentuk balas denda mantan suaminya. Setting cerita ini ada dua. Di dunia nyata dan di dalam novel. Jake Gyllenhall bermain sebagai 2 karakter berbeda sekaligus. Sebagai mantan suami Susan dan juga Tony, tokoh di dalam novel yang dibuatnya. Perannya sebagai 2 karakter yang memiliki kepribadian yang berbeda san

[REVIEW] The Handmaiden (2016)

via : wikipedia *Inhales* *Exhales* Baik saya sudah tenang, film asal Korea Selatan (yang juga asal SNSD) ini membuat saya mindblowing dan mungkin menjadi salah satu film tahun 2016 terbaik saya tonton. Film ini terlalu bagus untuk dicela, hmm kecuali posternya yang serba minimalis Pertama, saya akan membahas dari segi cerita. Diangkat dari novel British, Fingersmith, film ini berhasil lepas dari bayang-bayang TV series terdahulunya. Anggap saja film ini memiliki cerita sendiri dan disajikan dengan cara baru. Film ini memiliki durasi 2.5 jam namun tidak akan membuat kita bosan atau mengantuk. Justru kita akan semakin tegang dengan dialog-dialog penuh makna (dan erotis) serta pengembangan karakter para tokoh film ini. Oh ya film ini memiliki tema Lesbian yang cukup unik karena memiliki setting di tahun 1930an. Film ini juga memiliki plot twist yang mindblowing Kedua Cinematografi. Sutradara Park Chan-Wook menonjolkan ciri khasnya yaitu cinematografi yang indah sekaligus creep

[REVIEW] The Girl on The Train (2016)

via : wikipedia Diangkat dari novel best-seller, tentunya banyak orang berkekspektasi tinggi terhadap film ini. apalagi novelnya disebut sebagai Gone Girl kedua. Tapi apakah The Girl in The Train versi film akan booming seperti Gone Girl ? Pertama, mari kita singkirkan ekspektasi dari para pembaca novelnya dan melihat film ini sebagai sesuatu yang terpisah. Premis film ini sangat menjanjikan. Misteri thriller yang dilihat dari sudut pandang seorang alkoholik. Film ini juga didukung oleh para pemain yang skill nya tidak diragukan, ada Emily Blunt, Luke Evans,Justin Theorux, dll. Namun kekurangan dari film ini adalah, durasinya yang singkat sehingga banyak adegan terasa terburu-buru dan dipaksakan selesai. Banyak sekali plothole dalam film ini. Dibandingkan film Gone Girl berdurasi 2.5 jam, film ini hanya 112 menit. Pendalaman karakter di sini juga sangat kurang. Hanya diceritakan singkat dengan flashback Baiklah, mengenai novelnya, memang tidak semua adegan di dalam novel bisa