![]() |
via : wikipedia |
Diangkat dari novel best-seller, tentunya banyak orang berkekspektasi tinggi terhadap film ini. apalagi novelnya disebut sebagai Gone Girl kedua. Tapi apakah The Girl in The Train versi film akan booming seperti Gone Girl ?
Pertama, mari kita singkirkan ekspektasi dari para pembaca novelnya dan melihat film ini sebagai sesuatu yang terpisah. Premis film ini sangat menjanjikan. Misteri thriller yang dilihat dari sudut pandang seorang alkoholik. Film ini juga didukung oleh para pemain yang skill nya tidak diragukan, ada Emily Blunt, Luke Evans,Justin Theorux, dll. Namun kekurangan dari film ini adalah, durasinya yang singkat sehingga banyak adegan terasa terburu-buru dan dipaksakan selesai. Banyak sekali plothole dalam film ini. Dibandingkan film Gone Girl berdurasi 2.5 jam, film ini hanya 112 menit. Pendalaman karakter di sini juga sangat kurang. Hanya diceritakan singkat dengan flashback
Baiklah, mengenai novelnya, memang tidak semua adegan di dalam novel bisa dimasukkan ke dalam film NAMUN adegan yang sangat penting dan menjadi ujung tombak film ini justru dipotong.
[SPOILER] di novel diceritakan bahwa anak yang dikandung Megan bukan anak suaminya atau anak psikiaternya. Keterangan itu berdasarkan tes DNA mayatnya. di film, adegan itu dihilangkan semua.
Kebalikannya, terdapat adegan yang tidak ada di novel namun justru ditambahkan ke film. Hal yang salah besar dari film ini adalah mengubah setting di novel yang awalnya di London menjadi di New York dan jika di Novel, karakter selain Rachel yang pemabuk (sudah jelas) juga digali secara mendalam
Dibalik semua kekurangannya, film ini juga mengemban tekanan dari para pembaca novelnya (termasuk saya). Tapi mungkin jika anda tidak pernah membaca novelnya, film ini akan terasa lumayan bagus
My Rating
45%
Comments
Post a Comment