credit to : flavourwire.com |
Pertama, mengapa saya membahas karakter LGBT di film atau televisi ? Secara tidak langsung karakter LGBT mempengaruhi kualitas dari film atau serial tersebut. Tentunya karakter LGBT memiliki daya tarik sendiri kepada pentonton. Munculnya rasa tolerir dan peresmian pernikahan sesama jenis di beberapa negara di dunia juga tidak langsung karena pengaruh film dan serial bertemakan LGBT.
Untuk para kreator serial
tv yang sangat menjunjung tinggi diversity seperti Shonda Rhimes (Grey’s Anatomy, Scandal, Private Practice)
dan Ryan Murphy (Glee, American Horror
Story), elemen LGBT sangat penting di dalam serial buatan mereka. Bahkan
karakter LGBT memiliki cerita sendiri yang tidak kalah menarik dari cerita
tokoh utama. Walaupun mungkin konfliknya selalu berkisar antara penerimaan diri
sebagai kaum LGBT, namun banyak hal yang bisa kita ambil (istilah gaulnya pesan
moral) seperti it’s okay to be different
dan untuk kaum straight pesan moralnya adalah tenggang rasa dan berpikiran
terbuka (kenapa seperti esay budi pekerti begini ?). Para kreator dengan pandai
membuat penonton sangat bersimpatik dengan karakter LGBT tanpa adanya adegan
haru biru dan berlebihan. Beberapa adegan yang melibatkan karakter LGBT bahkan
menjadi salah satu memorable scene di serial.
Sebut saja saat karakter
Kurt di Glee menari lagu Single Ladies-nya Beyonce dengan sangat fabolous (saya merasa gagal sebagai
wanita) atau saat pernikahan Callie dan Arizona di Grey’s Anatomy yang indah. Tentu spotlight di serial TV tidak
selalu menjadi milik para tokoh dengan orientasi seksual straight. Beberapa
serial TV bahkan membuat karakter LGBT menjadi karakter utama bukan hanya
karakter sampingan seperti Orange is The
New Black, Modern Family, dll.
Untuk para filmaker Hollywood
yang ‘haus’ akan Oscar, mereka tinggal membuat film bertema LGBT. Film dengan
tema itu istilahnya seperti ‘jalan tol’ menuju Academy Award. Masih ingatkah dengan film Brokeback Mountain di tahun 2005
berkisah... intinya koboi gay yang menggemparkan jagat perfilman (ini lebay
sih). Selama ini dari tahun 1960 dari jaman opa Clint Eastwood masih ganteng, koboi
selalu identik dengan image macho, berbahaya dan intinya cowo banget (ingat
iklan Malboro jaman dulu ?). Lalu mendadak muncul 2 orang koboi macho yang
berciuman, berpelukan di tengah rerumputan dengan indahnya (bukan, ini
settingnya bukan di India), tentu saja hal ini cukup mengagetkan. Ang Lee memenangkan kategori sutradara
terbaik dan film ini menjadi salah satu film LGBT terbaik yang pernah dibuat.
Acara Academy Awards ke
88 yang diselenggarakan pada tanggal 28 February 2016 kemarin menjadi bukti
betapa para sineas ‘haus’ akan film LGBT. Carol,
film bertema lesbian yang diperankan oleh Cate Blanchett (Lord of The Rings, Blue Jasmine) dan Rooney Mara (The Girl with The Dragon Tattoo, Pan)
mendapatkan 6 nominasi termasuk Best Picture. Lalu untuk tema transgender, film
The Danish Girl yang diperankan Eddie
Redmayne (The Theory of Everything)
dan Alicia Vikander (Ex-Machina)
mendapatkan 4 nominasi. Hal ini jelas membuktikan bahwa selain biografi dan
film ‘based on true story’, film LGBT
merupakan Academy Award’s darling.
Tentu tidak semua film
bertema LGBT memiliki kualitas bagus hingga menggugah selera, maksud saya
menggugah hati. Film Jenny’s Wedding
(lebih baik tidak usah ditonton) salah satunya. Film ini menekankan haru biru
drama keluarga membosankan tentang bagaimana sebuah keluarga menerima anak
perempuannya yang sangat sempurna adalah seorang Lesbian. Ketika saya menonton
film ini, mata saya sudah mau tertutup, dan mulut saya menguap sebesar black hole. Tentu film bertema LGBT
layaknya film straight romance, ada yang memiliki kualitas bagus, namun ada
yang hancur lebur tidak karuan.
Daritadi saya sudah
membahas mengenai sambutan industry hollywood terhadap LGBT. Lalu bagaimana
dengan Indonesia ? Pada tahun 2011, Teddy Soeriaatmadja membuat film Lovely Man yang diperankan Donny Damara
sebagai PSK waria. Film ini sangat mengharukan dengan tema kekeluargaan yang
sanbgat erat. Akting Donny Damara sebagai waria sangat luar biasa dan tidak
heran dia mendapat penghargaan dan pengakuan hingga ke tingkat international.
Namun untuk saat ini,
dengan banyaknya issue tidak benar dan pemberantasan LGBT oleh pemerintah
maupun masyarakat yang masih berpikiran tertutup, mungkin untuk beberapa waktu
film Indonesia masih menghindari mengangkat tema LGBT (daripada digrebek atau dibubarkan
seenaknya oleh oknum tertentu). Untuk ke depannya semoga issue LGBT dapat
diangkat secara positif di dunia hiburan Indonesia.
Comments
Post a Comment